Rabu, 13 Januari 2010

SUSU SAPI SEGAR: SI MURNI YANG TAK KALAH HEBATNYA...


Oleh: Imelda Scorvia, STP

Siapa yang tak kenal slogan 4 sehat 5 sempurna. Makan nasi, sayur,
lauk pauk dan buah, belumlah sempurna jika tidak minum susu. Susu
merupakan sumber kalsium yang sangat penting untuk pembentukan tulang dan gigi.

Selain itu susu juga mengandung protein, lemak yang kaya
akan asam lemak omega-3 dan omega-6, karbohidrat, vitamin dan
mineral. Kandungan zat gizi yang lengkap tersebut menjadikan susu
sebagai makanan yang sangat ideal.
Mengingat perannya yang sangat besar dalam tubuh, khususnya bagi anak-
anak yang masih dalam tahap pertumbuhan, maka susu merupakan produk
marketing yang sangat potensial. Dalam satu dekade belakangan ini
para produsen susu berlomba-lomba mempromosikan produknya dengan cara
menambahkan zat-zat tertentu yang dipercaya dapat mencerdaskan otak,
meningkatkan daya tahan tubuh, dan berbagai iming-iming lainnya. Hal
ini tentu saja menjadi daya tarik bagi para orang tua masa kini yang
mempunyai ekspektasi tinggi terhadap putra putrinya. Semakin tinggi
ekspektasi, semakin tinggi pengorbanan, dan bisa saja berarti semakin
mahal susu formula yang harus dibeli untuk memenuhi ekspektasi
tersebut.
Gencarnya promosi susu formula atau susu pertumbuhan (untuk 1 tahun
keatas ) di media cetak, elektronik, ataupun berbagai acara off-air
membuat sebagian konsumen bingung memilih. Produsen semakin pintar
menciptakan klaim agar produknya berbeda dengan pesaingnya. Tetapi
tahukah anda, bahwa kebanyakan zat-zat `penting’ yang difortifikasi
atau ditambahkan oleh para produsen tersebut sebenarnya sudah secara
alami terdapat dalam susu sapi? Berikut beberapa komponen gizi yang
kerap dijadikan unggulan berbagai produk susu pertumbuhan.
Susu sapi kaya akan asam lemak omega-3 dan omega-6. Asam lemak
esensial pada omega-3 adalah alfa-linolenic acid /ALA), secara alami
akan disintesis oleh tubuh menjadi asam dokosaheksaenoat (DHA) dan
asam eikosapentaenoat (EPA).
Sedangkan asam lemak esensial pada omega-6 adalah asam linoleat (LA),
yang secara alami akan diubah dalam tubuh menjadi asam arakidonat
(AA/ARA).
AA dan DHA berperan penting dalam pembentukan sel-sel otak dan proses
penglihatan. Jumlah DHA pada otak mencapai sepertiga dari lemak otak.
Pada retina mata terdapat DHA dalam konsentrasi tinggi, yang
disintesis tubuh melalui makanan. Semakin baik nutrisi yang
diberikan, semakin baik mata menjalankan fungsinya. Pada anak tipe
visual learners, better eyes mean better brains.
Sphingomyelin merupakan salah satu fraksi pada lemak susu yang
dibutuhkan untuk proses mielinisasi sel-sel neuron di otak.
Zat gizi penting lain yang terdapat pada susu sapi adalah protein.
Fungsi utama protein adalah membentuk sel dan jaringan baru,
menggantikan sel dan jaringan yang telah rusak. Protein disusun oleh
kelompok asam amino yang masing-masing keunikannya ditetapkan oleh
sebuah kode genetik. Sebanyak 20 asam amino standar digunakan sel
untuk biosintesis protein. Asam amino tersebut antara lain adalah
isoleusin, leusin, lysin, tryptophan, metionin, penilalanin
(esensial) ; alanin, glutamin, glutamat, sistein, tyrosine (non
esensial).
Immunoglobulin dan laktoferin merupakan bagian dari fraksi protein
whey yang terdapat pada susu sapi. Immunoglobulin dapat meningkatkan
sistim kekebalan tubuh dan berperan sebagai anti-diare karena
kemampuannya dalam menghambat bakteri penyebab diare. Laktoferin
berperan sebagai antioksidan, anti-mikroba, anti-virus, anti-kanker,
pengikat racun, meningkatkan sistim imun dan membantu penyerapan zat
besi.
Kolin adalah komponen organik, termasuk zat gizi esensial dan
dikelompokkan bersama vitamin B kompleks. Kolin merupakan prekursor
kimia yang dibutuhkan untuk memproduksi neurotransmitter asetilkolin.
Neurotransmitter adalah pembawa pesan dari satu sel otak ke sel
lainnya. Semakin banyak neurotransmitter, semakin cerdas. Penelitian
menunjukkan bahwa daya ingat, kecerdasan dan suasana hati seseorang
sebagian dipengaruhi oleh metabolisme asetilkolin dalam otak. Dalam
segelas susu sapi mengandung sekitar 10-20 mg kolin.
Vitamin adalah zat gizi berupa komponen organik yang dibutuhkan dalam
jumlah kecil untuk membantu metabolisme pada makhluk hidup. Vitamin
mempunyai peranan penting dalam masa pertumbuhan dan perkembangan.
Jika proses tumbuh dan kembang telah usai, vitamin menjadi zat gizi
penting untuk pemeliharaan sel, jaringan dan organ-organ penyusun
organime multisel (misal: manusia). Vitamin juga memungkinkan tubuh
menggunakan energi kimiawi yang berasal dari makanan, dan membantu
proses protein, karbohidrat dan lemak yang dibutuhkan untuk
pernafasan.
Vitamin juga dapat berfungsi sebagai antioksidan. Antioksidan adalah
molekul yang dapat memperlambat atau mencegah reaksi oksidasi dari
molekul lain. Reaksi oksidasi dapat menghasilkan radikal bebas, yang
menyebabkan terjadinya reaksi berantai perusakan sel. Vitamin yang
termasuk antioksidan adalah vitamin C (asam askorbat) dan vitamin E
(รก-tokoferol).
Susu mengandung vitamin-vitamin yang dapat dikelompokkan menjadi
vitamin yang larut dalam lemak (vitamin A, D, E, K) dan vitamin yang
larut dalam air ( 8 vitamin B – B1, B2, B3, B5, B6, B7 (biotin), B9
(asam folat), B12 – dan vitamin C).
Mineral merupakan unsur-unsur kimia yang dibutuhkan makhluk hidup –
selain karbon, hidrogen, nitrogen dan oksigen – yang pada umumnya
terdapat dalam molekul organik. Mineral dikelompokkan menjadi mineral
makro (dibutuhkan tubuh dalam jumlah besar) dan mineral mikro/trace
minerals (dibutuhkan tubuh dalam jumlah relatif kecil). Dalam susu
sapi mengandung beberapa mineral makro seperti kalsium (untuk
pembentukan tulang dan gigi, menjaga kesehatan sistim pencernaan,
menetralisir asam, membersihkan zat-zat beracun, membantu aliran
darah), natrium, kalium, klorida, magnesium, fosfor. Beberapa mineral
mikro yang terdapat pada susu adalah iodium, zink, zat besi,
selenium, mangan.
Melihat berbagai fakta diatas, julukan One-stop shopping for
nutrition memang pantas diberikan untuk susu sapi. Tapi hal ini bukan
berarti mengkonsumsi susu sapi secara berlebihan mengingat tak ada
satu bahan pangan pun yang mengandung semua zat gizi sesuai kebutuhan
(kecuali ASI untuk bayi usia 0-6 bulan). Dengan mengkonsumsi beragam
makanan maka kebutuhan komponen gizi dapat saling melengkapi.
Mengkonsumsi susu sapi secara berlebihan dapat mengakibatkan
berkurangnya konsumsi makanan lainnya.
Tidak disarankan mengkonsumsi susu sapi mentah (yang belum diproses
sama sekali). Susu sapi mentah dapat menjadi media pertumbuhan
berbagai bakteri patogen. Susu sapi yang telah mengalami proses
pengolahan dapat dibagi menjadi tiga jenis, yakni susu pasteurisasi,
susu UHT dan susu bubuk.
Susu pasteurisasi
Adalah susu yang dipanaskan pada suhu 63-72 derajat
Celcius selama 15-20 detik untuk membunuh virus dan organisme patogen
seperti bakteri, jamur, protozoa dan ragi. Proses ini tidak membunuh
semua mikroorganisme, hanya mengurangi jumlahnya sehingga tidak dapat
menyebabkan penyakit. Susu pasteurisasi biasanya dikemas dalam
kemasan karton. Karena proses ini tidak membunuh semua
mikroorganisme, maka umur simpan produk ini cukup singkat yaitu
sekitar 1 minggu dan harus disimpan di lemari pendingin, pada suhu 5-
6 derajat Celcius. Pendeknya umur simpan produk susu ini membuat anda
harus sedikit lebih rajin menyambangi supermarket untuk memenuhi
kebutuhan harian susu.
Susu UHT (Ultra High Temperature)
Adalah susu yang diproses dengan pemanasan pada suhu tinggi (135-145 derajat Celcius)
dalam waktu yang singkat (2-5 detik). Pemanasan suhu tinggi bertujuan untuk membunuh
semua mikroorganisme dan spora pada susu. Tingginya suhu juga
mempersingkat waktu proses sehingga mengurangi kerusakan zat-zat
gizi, sehingga susu tetap memiliki mutu baik. Kemasan susu UHT yang
beredar di pasaran saat ini terdiri dari 2 jenis, yaitu kemasan kotak
(kecil dan besar) dan kemasan kantong (dikenal dengan susu bantal).
Dengan teknologi UHT, maka umur simpan susu ini bisa mencapai 10
bulan dalam suhu ruang meskipun tanpa bahan pengawet (selama kemasan
masih belum dibuka dan tidak bocor atau kembung).
Susu bubuk
Jenis ini berasal dari susu segar yang dikeringkan. Karena berbentuk
bubuk, maka produk ini tidak mudah rusak dan praktis dalam
penyimpanan dan transportasi. Namun proses pengeringan menyebabkan
susu bubuk mengalami penurunan nilai gizi lebih banyak daripada susu
cair segar atau olahan (susu sapi segar, susu pasteurisasi dan susu UHT). Untuk
menggantikan zat-zat gizi yang rusak tersebut, maka produsen
melakukan fortifikasi (penambahan) zat-zat gizi dari luar seperti
vitamin, mineral, sampai zat-zat gizi `khas’ untuk kecerdasan dan
kesehatan.
Selain untuk menggantikan zat gizi yang rusak akibat proses
pengeringan, fortifikasi dimanfaatkan untuk memberikan nilai tambah
bagi suatu produk susu pertumbuhan. Semakin banyak fortifikasi,
semakin canggih iming-iming, semakin mahal harga susu (dan produsen
pun semakin untung).
Padahal, berbagai zat fortifikasi tersebut belum tentu dapat diserap
dan digunakan oleh tubuh sama seperti zat-zat gizi alami yang
terdapat dalam susu sapi segar. Selain itu, jangan lupa juga bahwa
sebagian besar zat fortifikasi memang secara alami terdapat dalam
susu sapi.
Gencarnya promosi susu dapat membuat konsumen melupakan
tujuan utama mengkonsumsi susu sapi, yakni untuk memenuhi kebutuhan
kalsium. Pembentukan peak bone mass (massa tulang puncak) akan
tercapai di usia 20-30 tahun. Oleh karena itu, konsumsi susu 2-3
gelas per hari secara teratur hendaknya dilakukan sejak anak-anak,
remaja, dewasa untuk mencapai massa tulang puncak, dan dilanjutkan
hingga usia lanjut untuk mempertahankan massa tulang.
Susu cair segar olahan merupakan bentuk susu sapi yang ideal. Zat
gizinya yang lengkap, mudah diserap tubuh dan harganya tak menguras
kantong. Anda pun tidak perlu terlalu khawatir jika terjadi kenaikan
harga susu dunia seperti yang pernah terjadi belum lama ini. Sebagian
besar susu cair segar olahan yang beredar di pasaran adalah produk
lokal, tidak membutuhkan susu impor sebagai bahan baku seperti pada
pembuatan susu formula. Memilih susu cair sebaiknya yang mengandung
100 % susu sapi murni, tanpa tambahan cita rasa, pemanis, pewarna
ataupun bahan lainnya. (dari berbagai sumber)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar